Cukup lama waktu yang aku butuhkan untuk mengembalikan kepercayaan diri setelah keterpurukan yang membuat garis hitam dalam catatan sejarah kehidupan. Catatan sejarah hitam yang tidak akan pernah bisa terhapus meski banyak air sudah yang keluar dari sudut mata, meski banyak doa yang aku harap bisa meringankan beban yang teramat berat menanggung malu dan dosa masa lalu.
Saat merasa seperti sendiri, aku menjelajahi bumi mencoba menemukan seseorang yang bisa membantu. Aku datangi hati demi hati untuk menceritakan semua gundah. Ia yang dengan penuh kesabaran mendengarkan hingga huruf terakhir terucap dari lidah ini.
Dimana pun aku berada, kemana pun aku pergi, satu yang terpenting untuk aku temukan, yakni sebuah kekayaan bernama sahabat. Tidak seorang pun yang paling beruntung di dunia ini melainkan ia yang memiliki sahabat. Karena sahabat ada, untuk mereka yang terluka, untuk mereka yang tengah memikul berat beban, untuk menghapus air mata yang berduka, membantu seseorang berdiri dari keterpurukan dan menyediakan sayapnya untuk terbang bersama.
Aku seperti baru saja mendapat peluk cium dan kehangatan yang luar biasa, nyaris menandingi kasih yang selama ini aku dapatkan. Ada keluarga baru disini, sahabat-sahabat baru dengan senyum dan sapa cintanya.
Hari-hari sesudah itu membantuku melupakan masa lalu, meringankan beban menanggung dosa masa lalu yang benar-benar tidak pernah bisa hilang dari kenangan. Sahabat-sahabat baru itu seolah tengah membantuku mengangkat beban yang teramat berat meski hanya dengan senyum, tepukan di punggung atau menyediakan telinga mereka untuk tempat aku membuang sampah mulut ini. Ya, karena kadang yang aku bicarakan kepada mereka bisa jadi tak penting bagi mereka, tapi sungguh telinga mereka tetap tersedia untuk kisah-kisah tak penting yang aku miliki.
Akhirnya, sampailah aku pada satu kepastian hakikat, bahwa sahabat adalah kekayaan sebenarnya. Hilang satu, miskinlah sudah. Bertambah satu, semakin beruntunglah. Terima kasih untuk semua sahabat, Kau adalah kekayaanku yang sebenarnya.
Engkau telah hadir dalam kehidupanku…
…Engkau telah mendorongku ketika aku hampir berhenti,
…Engkau telah menunjukkan jalan ketika aku hampir tersesat,
…Engkau telah membiaskan senyum sabar ketika aku berduka,
…Engkau telah memapahku saat aku hampir tergelincir, dan
…Engkau telah mengalungkan butir-butir mutiara doa di dadaku.
Sumber:
http://masleman.multiply.com/