header image

Belajar untuk Memaafkan

Posted by: | October 20, 2012 Comments Off on Belajar untuk Memaafkan |

Pada suatu pelatihan motivasi, mentor kami meminta seluruh peserta menyiapkan dan membawa sebuah kantong besar. Dia juga menyuruh kami membawa sekantong batu.

Berikutnya, sang mentor meminta kami menulis nama orang yang tidak ingin kami maafkan, serta menuliskan kesalahan yang telah dilakukan orang tersebut. Lalu setiap kali menuliskan nama orang serta kesalahan yang ia lakukan, kami diminta menjadikan kertas tulisan itu sebagai pembungkus batu, dan memasukkannya kedalam kantong kami.

Pada sesi pertama terasa sangat menyenangkan. Ada yang menuliskan 5 nama orang berserta kesalahannya, bahkan ada yang bisa menuliskan 7, 9, 15 nama beserta kesalahannya. Aldi mengatakan potongan rambut baru saya sangat jelek, Bobby memukul kepala saya, Cinta tidak mau memberikan PR-nya, Toni memfitnah saya…dan lain sebagainya. Setiap kesalahan yang dibuat orang tersebut, membuat kami harus membungkus sebuah batu dan memasukkannya kedalam kantong.

Kemudian sang mentor berpesan, walaupun kemana saja kami pergi, kami tetap harus membawa kantong tersebut, ke toilet, masuk kamar, pergi bermain, makan, tidur, belajar atau ke tempat manapun tetap harus membawa kantong tersebut. Jangan pernah dilepaskan.

Tiba pada sesi berikutnya, sang mentor mengumpulkan kami semua. Sekantong batu tersebut mulai menjadi beban yang berat bagi kami. Kami ada yang telah memasukkan 5 buah batu besar ke dalam kantong. Ada yang bahkan 10, 11, 15 buah batu masuk di kantong, dan itu sungguh menjadi beban berat bagi kami, harus membawanya kemanapun kami pergi.
Apakah kalian telah mengetahui apa akibatnya dengan tetap membawa nama orang dan kesalahan yang pernah ia lakukan?. Apa akibatnya bila kita tidak mau memaafkan orang lain? Akan menjadi tekanan dan beban berat di atas pundak kalian, semakin banyak orang yang tidak ingin kalian maafkan, beban itu menjadi semakin berat, bagaimana kalian menghadapi dan mengangkat beban berat ini?.”

Sang mentor berhenti berkata beberapa saat, sengaja membiarkan kami merenung, lalu dia sendiri menjawab, “Lepaskan saja!”. Seluruh kantong kami lepaskan dari jinjingan tangan kami. ”Brukk..”, semua kantong batu terjatuh. Moment itulah yang membuat kami tersadar, bahwa merasa tidak bisa memaafkan orang lain, selalu mengingat kesalahan orang lain, tidak mau memberikan maaf pada orang lain, akan membuat diri kita terbebani, tidak bisa bergerak bebas, dan selalu tertekan…”

Mempertahankan prinsip kebaikan hati kita sendiri, sebenarnya tidak ada yang tidak bisa dimaafkan. Belajarlah membuat diri sendiri senantiasa suka memaafkan orang lain, maka hidup akan lebih bermakna dan lebih bahagia. Memaafkan orang lain, tidak akan membuat diri kita hina. Lepaskan iri, dengki, amarah, dendam dan kecewa. Tebarkan maaf untuk semua…

Sumber:
http://erabaru.net/ plus Self Experience

under: Inspirasi Hidup, Renungan

Categories