Sependengaran saya dan katanya para pecinta wanita, orang boleh beristri empat maka saya pun terjebak ikut ikutan.
Ibu-ibu dan mbak-mbak jangan keburu berprasangka yang aneh-aneh karena saya dengan niatan baik – baik ingin memperkenalkan satu persatu istri saya dengan segala perangainya agar semua orang tidak tertipu seperti diri saya.
Dari rasa terdalam, petiklah pelajaran ini…
Istri pertama berinisial R, dia lebih tua dari saya tetapi selalu setia mendampingi kemananpun saya pergi.
Cerewetnya setengah mati, tapi anehnya saya kurang begitu mendengar suaranya. Lamat-lamat yang hanya bisa saya hafal adalah perkataannya yang selalu menohok ” mas…kalau sampeyan berkhianat kepada saya, itu sama saja mas berkhianat kepada diri sendiri.
Kalau menyakiti saya sama saja menyakiti diri sendiri…saya tahu kok kemana saja mas pergi…toh akhir hayat nanti hanya aku yang mau sama mas…lainnya belum tentu..wong saya di takdirkan sehidup semati selalu bersatu dengan mas…mas adalah aku, aku adalah mas… sebab akulah sejatinya emas.
Ah…perkataan itu sering kuanggap badai tsunami yang telah lewat…
Tetapi harus saya akui, kalau lagi merasakan kehampaan hidup, hanya dia yang sanggup melapangkan dada dan menaungi segala kegelisahan.
Ketiga istri yang lain tak sanggup bahkan acuh cuek bebek. Dan memang percuma menyampaikan keluh kesah kepada mereka sebab mereka tak pernah mengerti dengan sungguh-sungguh apa sebenarnya tujuan hidup saya..
Istri kedua berinisial J , Ia begitu mengharap diri saya agar selalu bersamanya walaupun terkadang saya agak malas menengok karena rumahnya agak jauh dari realitas keseharian.
Padahal kalau saya lagi dekat dengan dia…wah…segalanya begitu terfasilitasi . Maklum, kayaknya dia memang ditakdirkan untuk itu. Bayangkan, saya pengen ke Amrik, sekejab mata ia bisa memenuhinya. Saya lagi bingung mencari anak seorang teman yang hilang, Ia dengan segala akses satelit GPS plus Bio Personal Electric Detector super canggih mampu memberitahu dimana si bocah berada. Ketika saya lagi kangen pengen mengenang masa lalu beserta kejadian-kejadian yang terlewati eehh…dia sudah punya dokumen multimedia lengkap mengenai diri saya mulai kecil, tiga dimensi lagi…Bahkan kalau ingin sekedar coba-coba memprediksi masa depan, dia pun punya alat dan data yang lebih akurat dari tehnologi terkini yang pernah ada.
Terkadang kalau dah kepepet butuh uang, saya juga menyambanginya, meminta informasi lowongan pekerjaan. Sebenarnya sebagai lelaki ya malu seh…tapi bagaimana lagi..dia di mata saya bagaikan ratu yang memiliki segala akses, entah itu politik, ekonomi, tehnologi, budaya, ilmu cacing jaringan pergerakan bawah tanah dan masih banyak lagi.
Dia cuman pesan…pokoknya selama mas berada di wilayahku, kebutuhan mas pasti saya penuhi dengan servis kilat secepat buraq. Sebab aku sama mas I love you full…..saya nggak kepingin mas kembali ke istri tua…
Istri ketiga berinisial O, Tergolong muda. Begitu smart, cerdas, analitis, dan tanggap. Ia bagaikan sekretaris pribadi. Referensinya..naudzubillah…seperpustakaan dunia berada di hardisknya…nggak main-main !
Saya terkagum-kagum dengan kemampuannya. Setiap kejadian dalam hidup saya, ia selalu ingin maju tampil terdepan. Ia bagaikan hot news yang selalu update berita terbaru. Bahkan yang sering terjadi, saya sebagai laki-laki sering dipecundangi dengan kelihaian referensinya. Ia sering curang dan pandai sekali beralasan. Entah mungkin gawan bayi kali… Ehh.. anehnya kok saya ini begitu suka setengah mati…Mungkin kekaguman saya menutupi segala keburukannya kali… ?
Tetapi terkadang saya jadi agak malas, karena ia paling sok unggul dan narcis di banding ketiga istri yang lainnya. Saya paling tidak suka kalau ia mulai mencampuri urusan pribadi saya dengan ketiga istri saya yang lainnya. Sebab kalau semua istri sudah berkumpul dia selalu membanggakan prinsip hidupnya “knowledge is power “.
Dan saya hafal betul arah pembicaraan itu akhirnya menyeret kepada falsafah hidup “no power without knowledge”, lahaula wala quwwata ila bil knowledge. Kalau sudah nglantur ke arah ini, saya nggak main-main untuk mendampratnya. Kalau saya sudah marah sama dia, jalan termudah dengan puasa mendiamkannya, tidak menanggapi secuilpun idenya. Entah sehari bahkan berminggu-minggu…..
Istri keempat berinisial D, masih ABG… waduh…jangan ditanya lagi…wong namanya istri termuda ya pasti semlohhaiii la yauw…
Tapi disinilah masalahnya…fisik saya yang sudah makin bertambah umur ini terus terang nggak mampu menandinginya. Istilah banting tulang geger pedhot, punggung pegal peyok kabeh benar-benar terjadi nggak karu-karuan kalau saya sudah berdua dengannya….hanya kamulah denokku…lainnya nggak ingat…
Harus saya akui, segala aktifitas banyak tersedot untuk kebutuhan istri termuda ini…Sebab perhiasan, tanah, aset, bersolek, berbelanja, disanjung dan bikin organisasi ( arisan akses plus ngrumpi dengan bahasa elit ) adalah rutinitas kebutuhannya.
Oaalaah malangnya diriku….semua sudah terlanjur melekat dan mendekap ingin dekat denganku…bayangkan satu banding empat….capek deh….peyok deh..Semua sudah terlanjur….Tapi bagaimanapun aku seorang lelaki yang harus gagah dan tegas menentukan pilihan hidupku.
Untuk itu, sekali lagi, perkenalkanlah dengan sunguh-sungguh keempat istriku agar para lelaki tidak terombang – ambing dalam keadaan sangat senang dan sangat menderita, seperti surga neraka yang sedang bergolak dalam diriku….cukup satu saja agar hidup ini tenang…
Istri pertama berinisial R adalah Ruh, Istri kedua berinisial J adalah Jiwa, Istri ketiga berinisal O adalah otak, istri keempat berinisal D adalah Dunia
Istri adalah perlambang keterikatan diri yang sangat mendekap. Suami adalah perlambang khalifah sang pemimpin, sang penentu. Jelaslah makna tersirat bahwa Lelaki adalah dan harus menjadi pemimpin wanita. Tak peduli berjenis kelamin apa. Nyata bahwa setiap manusia adalah pemimpin. Maka jadi khalifah harus adil karena dialah yang menentukan kapan harus beristri satu atau empat, kapan ia berbagi dengan keempatnya.
Sebab sang lelaki biasa condong ke istri termuda.
Kalau nggak bisa adil awas !…barangkali kelelakiannya harus disunat dua kali ! tak sobek-sobek !…uupps…iih seerrrem…ddhhuua kali bro….(para lelaki nggak usah reflek bersikap ngapurancang seperti pemain bola menghadapi tendangan bebas, wong maksudnya bukan yang itu).
Iya dong ! kenapa sih perkakas itu disebut kemaluan ? karena disitulah hakekat rasa malu terpusat. Jika rasa malu ini sudah tak bereaksi terhadap istri tertua, maka ia perlu di hukum dengan cara yang menyakitkan agar dalam shock therapy ketakutan sengeri neraka, perkakas itu bereaksi lagi dan akhirnya tahu diri bahwa bisa begini begitu berkat istri tertua.
Sebab rasa malu kita biasanya hanya beraksi terhadap istri termuda. Kita malu kalau nggak punya baju bagus…kita malu kalau nggak punya mobil…kita malu kalau dianggap miskin…kita malu menerima pemberian Allah bahwa wajah kita biasa-biasa saja dan akhirnya harus bolak balik operasi ember…kita malu dan tidak terima kalau nama pemberian orang tua yang sudah lengkap dan bagus belum di tambah-tambahi dengan gelar Kyai, Ustadz, Prof, DR, SH, SPsi, LC, MBA, IBF, WBC, , dll, dsb, etc, btw, ttd…cpd
Sumber:
http://asia.groups.yahoo.com/group/mpnr-b-uny-2011/