header image

Ayahh…Kembalikan Tangan Ita…

Posted by: | July 11, 2012 Comments Off on Ayahh…Kembalikan Tangan Ita… |

Sepasang suami isteri – seperti pasangan lain di kota-kota besar,meninggalkan anak-anak diasuh pembantu selagi bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan berusia tiga setengah tahun.
Ita, nama gadis kecil itu, ia kerap dibiarkan pembantunya yang sibuk bermain diluar dengan sesama pembantu, tetapi pintu pagar tetap dikunci.

Seringkali Ita bermain dengan ayunan yang dibelikan ayahnya, ataupun memetik bunga dikebun belakang rumah, bermain kertas dan lain-lain di halaman rumahnya.

Suatu hari Ita bermain sendiri dan melihat sebatang paku yang sudah berkarat. Dia pun mulai bermain dengan paku itu dan mencoret dinding rumah, dapur, garasi tempat mobil ayahnya diparkirkan. Disitulah dia mulai membuat coretan pada mobil baru ayahnya yang baru dibeli 2 bulan yang lalu. Ya… kerana mobil itu bewarna gelap, coretannya tampak jelas. Ita membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya. Hari itu Ayah dan Bundanya menggunakan motor ke tempat kerja kerana takut macet ada demo masal.

Setelah penuh coretan yg sebelah kanan dia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ayah dan bundanya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari si pembantu rumah.

Sesampai dirumah sore itu, Pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru dibeli dua bulan yang lalu penuh coretan dan goresan. Si Ayah yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terkejut dan berteriak, “Kerjaan siapa ini?

Sontak pembantu rumah yang tersentak dengan teriakan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya pucat ketakutan lebih2 melihat wajah emosianal majikannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ‘Tidakk tahu… !” “Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?” hardik si isteri lagi.
Si anak yang mendengar suara Ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya.
Dengan penuh manja dia berkata “Ita yg membuat itu Ayah… cantik kan??
katanya sambil memeluk ayahnya ingin bermanja seperti biasa.

Si Ayah yang hilang kesabaran mengambil sebatang gagang sapu, terus dipukulkannya berkali2 ke telapak tangan anaknya. Ita yang tak mengerti apa apa terlolong-lolong kesakitan sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya. Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan.

Pembantu rumah terbengong, tdk tahu hrs berbuat apa?. Si ayah terus memukul-mukul tangan kanan dan kemudian tangan kiri anaknya. Setelah si Ayah puas, kemudian masuk ke rumah diikuti si istri. Pembantu rumah menggendong Ita dan membawanya ke kamar. Dilihatnya telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka2 dan berdarah.

Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiram air sambil dia ikut menangis. Ita menjerit-jerit menahan kepedihan saat luka2nya itu terkena air. Si pembantu rumah kemudian menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah.

Keesokkan harinya, kedua tangan Ita bengkak. Pembantu rumah mengadu. “Oleskan obat saja!” jawab tuannya. Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anaknya itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu.

Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu tetapi setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. “Ita demam“… jawab pembantunya ringkas. “Kasih minum panadol ,” jawab si ibu.
Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Ita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.

Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Ita terlalu panas. “Sore nanti kita bawa ke klinik. Pukul 5.00 siap” kata majikannya.
Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter menyarankan agar Ita dirujuk ke rumah sakit kerana keadaannya serius. Setelah seminggu di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu.

Tidak ada pilihan..” katanya yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong kerana infeksi yang terjadi sedah terlalu parah. “Ia sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya kedua tangannya perlu dipotong dari siku ke bawah” kata dokter.
Si Ayah dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan. Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si Ayah gemetar menandatangani surat persetujuan operasi amputasi.

Operasi berjalan cepat, setelah keluar dari ruang operasi, selepas obat bius yang
disuntikkan habis, Ita menangis kesakitan. Dia juga heran2 melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis.

Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata.
Ayah..Bunda… Ita tidak akan melakukannya lagi. Ita tak mau ayah pukul. Ita tak mau jahat. Ita sayang Ayah.. sayang Bunda.” Katanya berulang kali, membuatkan Bundanya tidak bisa menahan rasa sedihnya.

Ita juga sayang Kak Narti..” katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuatkan gadis dari Surabaya itu meraung histeris.

Ayah… kembalikan tangan Ita. Untuk apa diambil.. Ita janji tdk akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Ita mau makan nanti? Bagaimana Ita mau bermain nanti? Ita janji tdk akan mencoret2 mobil Ayah lagi,” katanya berulang-ulang.
Serasa copot jantung Bunda mendengar kata-kata anaknya. Meraung2 dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi, tiada manusia dapat menahannya.

Sumber:
http://asia.groups.yahoo.com/group/mpnr-b-uny-2011/

under: Renungan

Categories